-
Kerusakan lingkungan berpengaruh terhadap rendahnya kapabilitas manusia dalam meraih pendidikan, kesehatan, dan kelayakan hidup
-
Salah satu sebab kerusakan lingkungan yang berimplikasi pada bencana alam seperti banjir, terjadi akibat pembangunan ekonomi yang merusak
-
Secara global, kondisi lingkungan atau Environmental Performance Index (EPI) berpengaruh terhadap Indeks Pembangunan Manusia atau Human Development Index (HDI)
Oleh: Grady Nagara (Peneliti Kebijakan Publik)
Kerusakan lingkungan akibat perbuatan manusia (human-made environmental damage) menjadi ancaman besar bagi keberlangsungan pembangunan manusia. Menggunakan pendekatan kapabilitas (capabilities approach) oleh Amartya Sen dan Martha Nussbaum, Alex Richardson menyebut istilah “kapasitas ekologi” sebagai prasyarat untuk mencapai kapabilitas inti pembangunan manusia yang terdiri atas pendidikan, kesehatan, dan kelayakan hidup. Maksudnya, kapabilitas manusia dalam hal hidup layak, pendidikan, maupun kesehatan pertama-tama bergantung pada sejauh mana daya dukung lingkungan mampu menopangnya.
Pada akhir 2022 lalu, 10 kecamatan di kabupaten Pati, Jawa Tengah, diterjang banjir hingga merendam ratusan rumah warga dan berhektar-hektar sawah. Sebelumnya di tahun yang sama pada bulan Juli, banjir bandang menerjang Pati sehingga menyebabkan total kerugian hingga Rp 32 miliar. Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO), banjir adalah salah satu bencana yang paling sering terjadi di dunia sepanjang dua dekade terakhir.
Baca Juga: Utang Pemerintah dan Beban Masa Depan Gen Z
Intensitas hujan yang tinggi bukanlah sebab tunggal dalam kasus kabupaten Pati. Akar masalah dari rangkaian bencana banjir adalah penggundulan hutan di pegunungan Kendeng akibat aktivitas pembukaan lahan untuk tambang dan pabrik semen yang tidak terkendali. Kerusakan hutan di area pegunungan itu menyebabkan hilangnya kapasitas tanah untuk menyerap air, pendangkalan serta tersumbatnya aliran sungai. Walhasil, banjir bandang pun menyerang sejumlah area dataran rendah di kabupaten Pati.
Berkaca dari kondisi tersebut, pembangunan ekonomi tidak serta merta dapat menjadi pembenaran yang membawa bencana untuk alam dan manusia. Pasal 33 ayat (4) UUD 1945 menyatakan bahwa perekonomian nasional diselenggarakan berdasar atas demokrasi ekonomi dengan prinsip kebersamaan, efisiensi berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian, serta dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional. Secara tegas konstitusi menyatakan bahwa pembangunan ekonomi Indonesia berkarakter berkelanjutan dan berwawasan lingkungan.
Keadilan Antargenerasi
Pembangunan ekonomi yang berkelanjutan juga memastikan terjadinya keadilan yang tidak hanya bersifat temporal, tapi juga antar waktu. Di mana generasi sekarang dalam pembuatan kebijakan, harus memastikan hak-hak lingkungan generasi masa depan. Karenanya, Richardson membawa isu kerusakan lingkungan ini sebagai ancaman akan pembangunan manusia bagi generasi selanjutnya.
Kerusakan lingkungan mengancam kualitas hidup manusia di masa depan karena terkikisnya sumber-sumber kehidupan seperti kehancuran tempat tinggal, kelangkaan pangan serta hilangnya air bersih. Sebagaimana kita ketahui, kehidupan layak adalah basis komponen penting yang menyusun indeks pembangunan manusia (human development index [HDI]). Jika komponen ini tidak terpenuhi, sebagaimana efek mata rantai, akan berpengaruh pada turunnya dimensi kapabilitas lain seperti pendidikan dan kesehatan.
Baca Juga: Keadilan Antargenerasi: Menuntut Hak Milenial dan Gen Z, Kini dan Nanti
Fakta empiris ternyata menunjukkan kecenderungan semacam itu. Sebagaimana dikemukakan Breena Holland, kemiskinan dan kelompok marginal cenderung menempati lokasi dengan kondisi lingkungan yang sudah rusak. Di Amerika Serikat, kantong-kantong kemiskinan secara asosiatif juga berada pada lokasi dengan tingkat polusi udara tinggi.
Jika ditarik secara global, terdapat hubungan kuat (nilai korelasi = 0,71) antara kinerja ekologi (environmental performance index) yang mencakup kesehatan lingkungan dan vitalitas ekosistem dengan indeks pembangunan manusia (HDI). Negara-negara dengan nilai kinerja ekologi yang baik cenderung memiliki indeks pembangunan manusia yang tinggi, sebagaimana tampak dalam grafik plot sebar (scatter plot) di bawah ini.
Pembiaran kerusakan lingkungan terus menerus oleh kelompok oligarki ekonomi-politik, akan mengancam kualitas pembangunan manusia bagi gen Z-milenial hari ini dan nanti. Dampaknya bagi hari ini, kerusakan lingkungan menurunkan kualitas hidup gen Z-milenial yang menyebabkan mereka terperosok pada jurang kemiskinan, dan berdampak pada memburuknya kesehatan serta semakin sulitnya meraih pendidikan berkualitas. Sementara dampak bagi masa depan, melemahnya kapabilitas untuk hidup layak akibat krisis ekologi mereproduksi generasi dengan kualitas yang dikhawatirkan semakin buruk dalam berbagai dimensi dari pembangunan manusia.
***