Bersamaindonesia.id, Yogyakarta – Berangkat dari keresahan akan absennya keadilan sosial di Indonesia, puluhan pemuda yang terdiri dari akademisi, aktivis sosial dan mahasiswa di Yogyakarta dan Surakarta mendeklarasikan Gerakan BersamaIndonesia Chapter Jogja-Solo pada Sabtu (21/1/2023).
Koordinator Sementara Gerakan BersamaIndonesia Chapter Jogja-Solo, Dzikri Asykarullah, M.A, menyebut bahwa keadilan sosial selama ini hanya jadi jargon kosong yang didengungkan oleh para pengambil kebijakan.
“Sementara kalau kita saksikan realitasnya di lapangan, situasi yang terjadi justru bertolak belakang dengan prinsip keadilan sosial yang ada dalam konstitusi kita di mana rakyat menderita dan ketimpangan merajalela. Untuk itulah kami deklarasikan Gerakan BersamaIndonesia,” ungkap Dzikri.
Baca Juga: Memulai Gotong Royong Kaum Muda dari Yogyakarta
Dzikri menyebut bahwa Gerakan BersamaIndonesia merupakan gerakan politik kaum muda yang muncul dari akar rumput. Puluhan Kaum Muda yang berkumpul di Legend Coffee, Kotabaru Yogyakarta, hadir karena keresahan atas situasi bangsa yang memprihatinkan.
Forum diawali dengan mempertanyakan sudahkah keadilan sosial hadir di Indonesia, dan mendiskusikan peran apa yang bisa diambil oleh Kaum Muda.
Berbagai persoalan yang mencerminkan ketidakadilan di negeri ini justru menyeruak di ruang diskusi. Ragam isu seperti kemiskinan, rendahnya pendapatan rakyat, ketimpangan, kuasa oligarki, kerusakan lingkungan, utang luar negeri, akses pendidikan yang belum merata, dan masih banyak lagi satu per satu dilontarkan oleh para pemuda dan pemudi yang hadir.
Sebagian besar Kaum Muda yang hadir bukannya tidak berbuat apa-apa dan hanya mengutuk keadaan. Mereka justru telah banyak berbuat melakukan berbagai aksi sosial untuk menyelesaikan berbagai persoalan yang mereka temukan di masyarakat.
Contohnya pemuda bernama Naufal Fathin, pakar teknologi lulusan Universitas Gadjah Mada (UGM) ini menggagas GiFood, aplikasi berbagi makanan pertama di Indonesia. Lewat aplikasi itu, Naufal dan kawan-kawannya menyelesaikan masalah food waste sekaligus masalah kelaparan. GiFood mengambil makanan yang tak terkonsumsi di hotel dan restoran lalu mendistribusikannya kepada mereka yang membutuhkan.
Baca Juga: Republik Indonesia, Cita-cita Keadilan Sosial, dan Problem Ketimpangan
Hadir pula pemudi bernama Triana Rahmawati yang menggagas beasiswa pengembangan diri untuk mahasiswa tidak mampu. Melalui beasiswa Happiness Family, Tria mengakselerasi soft skill dan skill wirausaha sosial mahasiswa hingga mampu memberdayakan banyak orang.
Tak ketinggalan, hadir sejumlah akademisi muda seperti Alfath Bagus Panuntun dan Aqmal Nur Jihad dari UGM yang berusaha membuat ilmu yang diajarkan di kampus berdampak baik untuk rakyat.
“Persoalannya bukannya kita belum berbuat, kita sudah melakukan aksi nyata, tapi tanpa menyasar ranah struktural di mana kebijakan dirumuskan dan diketok, perubahan jangka panjang yang luas sulit terwujud,” kata Alfath yang merupakan Ilmuwan Politik itu.
Setelah menemukan benang merah dan kesepakatan bersama, Dzikri Asykarullah selaku Koordinator Sementara BersamaIndonesia Chapter Jogja-Solo memimpin deklarasi yang diikuti puluhan Kaum Muda yang hadir.
“Di tengah kegelisahan akan penderitaan rakyat, ketimpangan yang merajalela, serta tak terjaminnya nasib kaum muda di masa depan, didirikanlah Gerakan BersamaIndonesia, untuk mewujudkan keadilan sosial sesuai amanat konstitusi dan cita-cita kemerdekaan,” tegas Dzikri diikuti puluhan orang lainnya.