Ajak Milenial-Gen Z Wujudkan Keadilan Antargenerasi, Gerakan BersamaIndonesia Hadir di Surabaya dan Malang

by | Mar 30, 2023

Bersamaindonesia.id, Surabaya – Gerakan BersamaIndonesia terus melebarkan sayapnya ke seluruh Indonesia. Gerakan politik anak muda yang komitmen pada terwujudnya keadilan sosial ini, kini hadir di Jawa Timur yaitu di Surabaya dan Malang. 

Di Surabaya, Gerakan BersamaIndonesia menggelar diskusi dan launching pada Jumat (17/3/2023). Arek-arek Suroboyo sangat antusias mendiskusikan topik keadilan antargenerasi yang dipantik oleh para narasumber yakni Co-Founder Gerakan BersamaIndonesia Dr M Rahmat Yananda, Founder Good News From Indonesia (GNFI) Akhyari Hananto, Founder Sadar Sejak Dini (SSD) Elni Nainggolan dan Sociopreneur asal Surabaya Febryan Kiswanto.

Febryan Kiswanto yang akrab disapa Cak Feb menegaskan bahwa hak-hak milenial dan Gen Z tidak akan terwujud jika bukan kaum muda sendiri yang menuntut dan memperjuangkannya.

“Tentu selain kita bicara bagaimana peran anak muda untuk mewujudkan Indonesia yang lebih baik, nasib-nasib kaum muda di masa kini dan masa depan juga perlu ia perjuangkan sendiri sebab tidak akan terwujud dengan sendirinya,” ujar salah satu Ketua HIPMI Surabaya itu.

Senada dengan Cak Feb, Akhyari Hananto menggarisbawahi sejumlah persoalan krusial yang mengancam hak-hak milenial dan Gen Z hari ini. Di antaranya yakni ancaman inflasi yang bakal terus membebani biaya hidup anak muda di masa depan. Sementara upah di sejumlah daerah jauh dari kebutuhan hidup layak (KHL).

Diskusi dan Launching BersamaIndonesia Chapter Surabaya

“Selain itu, secara makro inflasi juga meningkatkan cicilan utang luar negeri. Akibatnya kita hanya terjebak pada pembayaran bunganya saja dan utang jadi beban generasi mendatang,” ungkap Akhyari.

Sementara Elni Nainggolan selaku aktivis perempuan menyebut persoalan ketidakadilan antargenerasi tak hanya terjadi lintas waktu tapi juga lintas gender. Di mana hak-hak perempuan masih banyak yang belum terwujud bahkan mengalami diskriminasi hingga kekerasan seksual.

“Idealnya, laki-laki dan perempuan semestinya setara. Namun alih-alih mendapatkan kesetaraan hak,masih banyak perempuan yang mengalami diskriminasi bahkan kekerasan seksual,” tegas kader Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) Cabang Surabaya itu.

Memungkasi diskusi, Co-Founder Gerakan BersamaIndonesia Dr Rahmat Yananda menyebut bahwa Keadilan Antargenerasi harus indikator utama dalam mewujudkan Indonesia Emas 2045.

“Itu semua kita mulai dengan penataan kelembagaan pemerintahan Indonesia agar lebih baik sehingga secara struktural dapat bekerja secara efektif dalam mewujudkan keadilan sosial dan keadilan antargenerasi,” kata Rahmat Yananda.

Diskusi BersamaIndonesia Capter Malang

Setelah menggelar diskusi di Surabaya, Gerakan BersamaIndonesia beranjak ke Malang untuk berdiskusi dengan Arek-arek Malang pada Sabtu (18/3/2023). Selain Co-FOunder BersamaIndonesia Dr M Rahmat Yananda, bertindak sebagai narasumber yakni Wakil Ketua GP Ansor Jawa Timur Fairouz Huda dan Pegiat Pendidikan Luar Biasa, Siti Anna Farhiana Abdillah.

Diskusi BersamaIndonesia Chapter Malang

Membuka diskusi, Siti Anna mengungkapkan sejumlah fakta tentang banyaknya ketimpangan dan ketidakadilan yang dialami para difabel. Bahkan fasilitas publik yang semestinya disediakan oleh negara untuk rakyatnya, seringkali meng-eksklusi para difabel.

“Ini bentuk ketidakadilan yang nyata tampak di depan mata kita, seolah para difabel ini bukan bagian rakyat Indonesia karena sering diabaikan dalam pembangunan. Dan keadilan ini hanya bisa diwujudkan oleh negara,” ujar Bendahara Umum KAMMI Malang itu.

Menanggapi Siti Anna, Rahmat Yananda menyebut perlu lebih banyak anak muda yang punya kesadaran akan keadilan sosial dan bergerak dalam ragam isu. Untuk itulah, kata Rahmat, Gerakan BersamaIndonesia hadir untuk jadi wadah gotong royong Milenial-Gen Z dalam mewujudkan keadilan sosial dan keadilan antargenerasi.

BersamaIndonesia Chapter Malang

Sementara Fairouz Huda yang juga aktif sebagai politisi menyebut bahwa saat ini keadilan sosial di Indonesia masih jadi ilusi. Maka menurutnya tak ada jalan esensial lain dalam mewujudkannya selain terjun ke dalam politik.

“Untuk itulah saya terjun ke politik, karena saya gatal melihat di mana seharusnya perubahan ke arah yang lebih baik bisa didorong tapi justru politik jadi sumber kerusakan saat ini,” kata Wakil Ketua DPD Partai Demokrat Jawa Timur itu.